Monday, January 2, 2012

Shine On, Syd !

roger waters, nick mason, syd barret, richard wright


Sulit memisahkan band berjuluk “London’s farthest-out group” ini dengan Syd Barret, begitupun sebaliknya. karena Syd Barret adalah jantung dari Pink Floyd di awal karirnya. Seorang pria misterius asal Cambridge yang meledak ledak dalam piper dan selanjutnya kesepian selama puluhan tahun sesudahnya. 

Syd Barret awalnya adalah seorang mahasiswa kesenian, tiba di London pada September 1964 untuk mempelajari seni lukis sebelum ia akhirnya menjadi vokalis-gitar di Pink Floyd pada tahun 1965. Barret mencintai melodi music The Beatles dan pop bernuansa blues milik Rolling Stone, tapi dia juga menyukai tuning gitar yang ganjil serta teknik slide yang aneh. Dia menjadi tertarik pada spontanitas yang lebih longgar disaat memainkan rock and roll. Nama Pink Floyd dipilihkan oleh Syd Barret setelah sebelumnya band tersebut tiga kali ganti nama, dari Sigma 6, The Abdabs, lalu The Tea Set. Pink Floyd diambil dari nama depan dua musisi blues yang kurang tenar; Pink Anderson dan Floyd Council. Pada tahun 1966 Pink Floyd meneken kontrak dengan EMI yang nilainya cukup tinggi pada waktu itu yaitu 5000 poundsterling. Album perdana Pink Floyd “The Piper at the Gates of Dawn” pun keluar dan melesat bagai kekuatan dengan potensi yang tak tertandingi di kancah rock underground Inggris, walau tampak jelas bahwa Barret adalah motor mereka yang imajinatif. 

syd menulis lagu dengan lirik bermuatan elemen-elemen literer yang lazim dalam buku dongeng anak-anak. dia bercerita tentang burung gagak, orang katai, sepeda, peri. dia bahkan meminjam judul satu bab dari buku klasik the wind in the willows karya kenneth grahame untuk judul album pertama pink floyd (:the piper at the gates of dawn), yang dirilis pada 1967.

Masalah kemudian terjadi pada saat kreativitas awal mereka berada di puncak Syd Barret mulai ambruk. Kejadiannya tiba-tiba. Barret juga mangkir pada penampilan ketiga dari total empat kali tampil yang dijadwalkan secara berturut-turut selama bulan juli di acara televise mingguan di Inggris “Top of the Pops”. Di awal Agustus, tim manajemen Pink Floyd ( Peter Janner dan Andrew King) membatalkan tur Inggris band itu karena ‘kekalahan mental’ Barret dan mengirim sosok kharismatik tersebut ke sebuah pulau di Spanyol untuk berlibur bersama seorang dokter. Memasuki November, dalam tur di Amerika dan Inggris, bersama Jimi Hendrix Experience, keadaan Barret semakin parah. Di banyak konser, dia hanya berdiri dengan tatapan kosong tanpa menyentuh gitarnya. 

Selama bertahun-tahun telah banyak asumsi, spekulasi dan mitos seputar musih Barret yang terjadi dalam waktu yang singkat. Banyak yang beranggapan bahwa kehancurannya adalah akibat konsumsi LSD berlebihan secara teratur. Zat-zat psikedelik itu kemudian memacu skizrofenia laten dalam diri Barret. Akan tetapi Tom Willis dalam bukunya “Madcap: The Half-Life of Syd Barret, Pink Floyd’s Lost Genius” menemukan bahwa Barret tidak pernah didiagnosa mengidap skizrofenia maupun diberi pengobatan, “atas dasar dia memiliki ‘otak yang aneh’ dan bukan sakit”. Sejak itu pula ketika Pink Floyd akan membuat dan sedang mengerjakan album berikutnya Syd tidak pernah dipanggil untuk latihan dan memainkan lagu dengan Barret, sementara Barret sering duduk di lobi studio dengan gitarnya, menunggu panggilan untuk bermain di sesi rekaman. Sebagai penggantinya, dipilihalah David Gilmoure untuk menggantikan posisi Barret yang mana Barret dan David adalah teman lama dan mereka belajar gitar bersama.

Hingga pada suatu malam di sebuah klub, Barret berdiri di depan panggung dan melototi Gilmoure yang menyanyikan lagu-lagu ciptaannya. Insiden ini membuat Gilmoure begitu resah sehingga dia nyaris keluar dari band ini. Akan tetapi Pink Floyd tetap berjalan terus, album-album terus bermunculan, hingga di tahun 1975 di awal juni ketika sedang mendengar rekaman “Shine On You Crazy Diamond” dari album “the Dark Side of The Moon”, tampak sosok Barret dibalik studio. Sosok dengan kepala botak dan berat badan berlebih mengamatai perlaatan mereka, Barret mengunjungi bekas band-nya setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Barret juga datang ke resepsi pernikahan Gilomur pada waktu itu, setelahnya mereka tidak pernah bertemu lagi. 

Pasca Barret, Waters dan Gilmoure kerap terlibat perselisihan, mereka saling berusaha mengungguli satu sam lain, berusaha menjadi leader dan frontmant dari pink Floyd hingga mengklaim kepemilikan Pink Floyd. 

Dalam tahun-tahun terakhirnya, Barret mengidap diabetes, penglihatannya berkurang dan beberapa jarinya diamputasi. Barret juga didiaognosa mengidap kanker pankreas tak lama sebelum meninggal. Bertahun-tahun setelah dipecat dari band, Barret sempat mengeluarkan dua album; The Madcap dan Barret. Album-album eksentrik ini dijadikan bukti tambahan akan kegilaan Barret. Album-album itu yang terdengar gemilang merupakan bukti dari hal lain : bahwa kejeniusan Syd Barret sulit untuk pudar. Pink Floyd adalah salah satu hal yang diciptakannya. dan mungkin tak ada yang lebih memahami Pink Floyd dari Syd Barret.

No comments:

Post a Comment